Senin, 05 Maret 2012

Kembali Hidup

Kembali Hidup
by: George L. Newton III
from: Teen In; Love and Relationship

Sebelum mengenal dia, aku tidak tahu arti kehidupan. Ucapan-ucapan yang kulontarkan membuat orang-orang menjauhiku. Hari demi hari aku berbicara tentang kehidupan seolah-olah kehidupan itu adalah benda mati yang menarik minatku dengan cara yang paling abstrak. Aku hanyalah rongga kosong yang diisi oleh ucapan-ucapan orang lain. Aku domba yang dengan mudahnya dituntun kemana saja.

Aku mengisi kepalaku dengan kebohongan-kebohongan. Aku bisa meyakinkan diriku," Aku tidak kesepian. Aku tidak butuh cinta." Tapi dia bisa membaca isi hatiku sesungguhnya. Dia mencoba menarikku kembali ke dalam kehidupan, tapi aku bertahan. Aku tak sanggup merasakan cinta. Aku akan membuatnya terluka. Dia masih terus meminta, tapi aku tak mengerti. Satu-satunya kata yang kukenal hanyalah "tidak". Namun, dia terus meminta.

Minggu pertama itu terus kupandangi diriku. Apa yang dilihatnya pada diriku? Warna mataku masih tetap suram, seperti biasa. Rambutku juga masih tetap tak beraturan. Masih terngiang kata-katanya di telingaku. Kenapa dia mencintaiku? Hatiku terlompat. ku ingin tahu. Wajahnya memucat pias saat akhirnya aku mengiyakan.

Sambil duduk di deretan belakang, dengan satu lengan memeluk bahunya (aku meniru ini dari sebuah film yang aku sudah lupa-lupa ingat), sekonyong-konyong aku mengerti, apa yang dilihat di mata masing-masing, oleh pasangan di layar itu. Masih kuingat saat kamu saling mengucapkan selamat malam. Cahaya lembut di beranda. Bibir kami bersentuhan ragu-ragu. Sepasang matanya yang berbinar-binar saat dia perlahan-lahan terbuai. Aku rela menjual jiwaku demi bisa mengulangi kembali saat itu. Suara pelan tawanya ketika ayahnya memanggil dari dalam rumah akan senantiasa menghantuiku.

Keesokan harinya dunia terasa berbeda, tidak lagi seperti dunia yang selama tujuh belas tahun ini kudiami. Ada yang berubah seiring langkah ringan kakiku menuju rumah. Dunia terasa lebih lembut. Lebih aman. Dia telah mengajariku untuk mendengarkan. Kini aku bisa merasakan sesuatu yang selama ini kucoba tak hiraukan. Untuk pertama kalinya aku bisa bicara tentang diriku. Pikiranku mulai bekerja. Kalau dia bisa begitu menyayangiku, bagaimana dengan yang lain? Keluargaku. Teman-temanku. Aku mulai membalas cinta yang kurasakan. Kemarin kudapati diriku tersenyum. Mungkin aku akan mencobanya lagi.

Sebelumnya aku menganggap cinta sebagai benda mati yang takkan pernah bisa memengaruhiku. Aku bisa melindungi diri dengan ucapan-ucapanku. Dia telah membantuku merobohkan segala kebohongan itu. Membuatku mengerti tentang cinta. Tentang kehidupan. Dia mengajariku lebih banyak daripada buku mana pun. Aku tahu siapa diriku. Sebelum bertemu dengannya, aku tak pernah tahu makna kehidupan.

2 komentar: